Dokter Layanan Primer (DLP)

Menulis artikel ini rasanya maju mundur (mirip judul lagu ya... maju mundur). Ya, maju mundur karena rasanya ingin banget mengemukakan pendapat saya tentang DLP, tapi kadang masih merasa menjadi minoritas yang pasti masih sangat sangat banyak yang tidak menyetujui program bagus dari pemerintah ini. Banyak teman teman dokter yang menolak program ini, baik secara diam diam atau terang terangan secara langsung...



Bagi komunitas non DLP penolakan ini sudah dilakukan secara masiv, tapi bagi yang pro DLP masih memberikan pemahaman sebenarnya tentang DLP secara "underground",  tapi ada juga yang malu malu kucing menerima DLP, masih ngintip ngintip dulu.... apa sih yang bisa menjadi keuntungan buat mereka jika ikut DLP?, nah mereka mereka yang masih intip intip ini yang masih malu malu kucing, cenderung aportunis, kalau menguntungkan mereka masuk ke grup DLP, kalau tidak ada keuntungannya buat mereka maka mereka akan masuk ke grup Kontra DLP.

Para dokter pro DLP ini masih pelan pelan mengumpulkan kekuatan baik dari pemerintah ataupun non pemerintahan ntah itu organisasi profesi atau apapun bentuknya, begitu juga dengan grup Kontra DLP. IDI Sendiri sebagai wadahnya para dokter membuat suatu keputusan untuk menolak DLP, sedangkan peserta DLP adalah para dokter yang notabene juga anggota IDI. Ada perseteruan dalam tubuh IDI saat ini. Sebagai suatu organisasi yang mewadahi para dokter saya rasa ada baiknya IDI melihat dulu perjalanan DLP ini, apakah menguntungkan bagi masyarakat atau tidak? IDI lah pengendalinya, jika pada kenyataannya DLP tidak menguntungkan bagi masyarakat atau cenderung merugikan, maka disinilah peran IDI untuk mengayomi atau bahkan meng-cut program DLP ini. Bukan melihatnya dari sudut pandang untung dan ruginya IDI, tapi dari sudut pandang untung ruginya masyarakat indonesia dengan adanya DLP.

Diluar itu pemerintahpun harus membuat kebijakan yang juga melindungi dokter umum atau dokter dokter yang tidak mengambil program DLP, buatlah program ini hanya sebagai program pilihan untuk dokter umum, bukan program wajib sihingga para lulusan dokter yang tidak mengambil program DLP ini masih bisa praktik layaknya dokter umum saat ini.

Saya melihat program DLP ini adalah suatu jenjang karir bagi dokter umum yang tidak melanjutkan spesialis dan karir bagi dokter di puskesmas atau di layanan Primer. DLP ini yang saya lihat adalah sebuah program yang pendekatanny kearah promotiv dan preventiv. Sedangkan program Spesialis lebih kearah kuratif dan rehabilitatif. Jadi kalau saya melihat tidak akan mungkin DLP ini mengambil ranahnya spesialis walaupun di dalam UU tertera program ini setara Spesialis... Sementara dokter umum yang berada di Puskesmas atau layanan primer bisa lebih fokus kearah kuratif dasar, DLP lebih ke masyarakat menangani promotiv dan prefentiv sehingga masyarakat semakin faham tentang kesehatan. Dengan semakin fahamnya masyarakat dengan kesehatan maka akan berimbas dengan berkurangnya angka kesakitan terutama angka kesakitan dari penyakit yang berbasis lingkungan ataupun penyakit yang bisa dicegah lebih awal sebelum terjadi, misalnya Hipertensi atau darah tinggi. Dengan pemahaman masyarakat yang lebih baik tentang hipertensi maka masyarakat bisa berusaha untuk mengubah pola hidup dan pola makannya sehingga bagi orang yang mempunyai faktor resiko untuk menderita hipertensi bisa dicegah lebih awal kejadian hipertensinya, atau bagi orang yang sudah menderita hipertensi dengan pemahaman yang baik tentang penyakitnya bisa mencegah penyakitnya menjadi lebih buruk atau dengan kata lain dapat mengontrol tekanan darahnya agar tetap stabil.

Selain itu dengan adanya DLP ini bagi Puskesmas yang akan dijadikan wahana untuk DLP akan diberikan sarana tambahan oleh pemerintah pusat untuk melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana di puskesmas, tentu hal ini sangat menguntungkan bukan?


gambar diatas saya dapatkan dari teman yang sedang mengikuti seminar tentang DLP.

Mungkin pembaca sekalian yang mempunyai sudut pandang yang sama dengan saya ataupun berbeda bisa memberikan komentar anda dibawa ini, agar kita bisa sharing dari sudut pandang yang berbeda dengan tujuan untuk membangun pondasi kesehatan yang lebih baik di negeri kita tercinta ini...

Salam sehat!!

Komentar

  1. Jalan terbaik, kurikuium pendidikan dlp di includekan didalam pendidikan profesi dokter (coass)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambutan Pembukaan Akreditasi Kepala Puskesmas

Efek Buruk akibat Kekerasan Pada Perempuan dan Anak